Badai di Ujung Negeri | Indonesian Movie

Setelah agak lama gak nulis seputar InfoFilm, 
Kemarin sempat salut juga sama sajian Film garapan lokal yang satu ini. 
Melihat Trailernya, sekilas gambaran drama dan action, wow lumayan langka untuk dunia perfilman terakhir yang banjir dengan film horor-komedi. 
Adanya penggambaran tokoh dari unsur Militer negeri kita yang ditampilkan dalam Film ini menjadi sesuatu yang berbeda dan patut diapresiasi. 

BADAI DI UJUNG NEGERI 
Sutradara : Agung Sentausa 
Produksi : Quanta Pictures, 2011 

Kita wajib bersyukur untuk film Indonesia yang hadir pekan ini. Kalau kebanyakan dari dua film yang beredar setiap minggunya satunya ber-pocong-pocong atau ber-kuntilanak ria, kali ini berbeda dengan kualitas diatas rata-rata. 

Dalam perkembangan genre film kita yang suka mentok di trend yang bukan juga baik, jangan dulu mengharap sempurna di semua sisi. Niat dengan hasil memadai yang tak lari dari koridornya, itu sudah cukup. So, selain 'Simfoni Luar Biasa' yang merupakan drama musikal dengan tendensi uplifting-nya ke anak-anak dengan special needs, serta cukup menyentuh pula, 'Badai Di Ujung Negeri' pada dasarnya adalah sebuah penggabungan drama dengan action. Di sisi dramanya, kita lagi-lagi dikenalkan pada wilayah yang mungkin selama ini masih terasa tak akrab bagi banyak orang. Pengenalan kawasan sekitar pulau Bintan yang merupakan perbatasan terluar berhadapan dengan Laut Cina Selatan. Deskripsi budaya, visual hingga sindiran sosial serta politisnya tampil dengan sangat informatif. And the action part? Oh ya. Badai yang menggeber konflik pembajakan kapal tanker yang ditengahi aksi operasi marinir-marinir kita, sedikit mirip dengan 'Undersiege'-nya Steven Seagal, juga tampil sama informatifnya atas supervisi tim marinir asli di balik pembuatannya. Tak usah dulu bicara tentang hasilnya. Film Indonesia dengan nilai informatif ke sebuah pengetahuan populer, belum tentu kita dapatkan satu dalam setahun, dan ini penting. Satu poin lagi untuk desain posternya yang ber-template lukisan bak halaman komik, hadir dengan sangat menarik. At least, tim produksinya mau bersusah-susah memikirkan sisi yang jarang-jarang jadi nilai jual penting ini, apalagi sebuah komik yang bisa diunduh juga dijadikan official companion terhadap promosinya. This is really something. Gebrakan yang tak biasa. 

Persahabatan Badai (Arifin Putra) dan Joko (Yama Carlos) terpecah ketika sebuah insiden di saat mereka menyelam mengambil nyawa Nugi (Kukuh Adrizky), adik Joko yang selalu dijaga oleh Badai. Tugas kemudian mengantarkan Badai sebagai lettu marinir di pos jaga perbatasan Indonesia di sebuah pulau pinggiran Laut Cina Selatan. Disana, Badai masih terus beradaptasi dengan sikap skeptis masyarakat terhadap tentara, salah satunya dari dokter Yana (Hj. Ida Leman), yang asistennya di puskesmas, Anisa (Astrid Tiar) justru berhubungan dekat dengan Badai. Ketimbang Badai yang bertugas menjaga keamanan perbatasan, masyarakat lebih respek pada seorang pengusaha besar Om Piter (Jojon) yang punya banyak proyek disana. Konflik antara Badai dengan masyarakat semakin meruncing ketika sesosok mayat penduduk ditemukan terapung secara misterius dengan sangkaan pembunuhan. Tak lama kemudian, anak seorang nelayan teman Badai, Nadim (Dedy Murphy Avivu) juga menjadi korban. Penyelidikan ini akhirnya mempertemukan kembali Badai dengan Joko yang ditugaskan kesana bersama atasannya, Letkol Zein (Adrian Alim). Di tengah masalah pribadinya, mereka harus bekerjasama saat Badai dijebak ke sebuah pulau bersama Nadim dan Sersan Adil (Edo Borne) untuk menyelamatkan Anisa yang diculik, sementara Joko harus menghadapi para penjahat yang membajak sebuah kapal tanker untuk menuntut uang tebusan di tengah-tengah perairan itu. 
Visual cantik ujung negeri sebagai perbatasan terluar negara yang mengantarkan kita ke pengenalan karakter sambil menggelar konfliknya satu-persatu sebenarnya sudah sangat terjaga rapi dengan barisan cast yang cukup meyakinkan. Arifin Putra yang belakangan selalu tampil dengan tipikal gestur seorang serdadu pun menjalin chemistry tokoh utama-nya dengan baik ke karakter-karakter lain, sampai Yama Carlos yang potensial dalam porsi aksi sebagai pendamping utamanya pun tak bisa mengejar kelebihan ini. Dialognya juga tampil efektif dengan dialek yang terjaga bersama akting Astrid Tiar dan Ida Leman dalam misi penyampaian informasi sosial, budaya serta politik yang sering mengalami benturan di daerah-daerah penuh kaum pendatang, lengkap dengan sindiran-sindiran halusnya. Satu nilai tambah lagi ada pada Jojon yang semakin mantap melepas atribut komediannya secara ekstrim disini. Namun skenario Ari M. Syarif bersama penyutradaraan Agung Sentausa agaknya kelewat terlena untuk terus berlarut-larut di drama pengenalan kawasan sebelum sampai ke highlight terdepannya yang bisa berkomunikasi lebih jauh demi sebuah dayatarik tak biasa ke penontonnya. Sebuah action dengan gambaran operasi marinir yang cukup digelar dengan detil, salahnya tampil kelewat lama dan tak bisa dimaksimalkan dengan intensitas keseruan dan koreografi aksi yang sejalan dengan pameran senjata dan tampilan seram para algojo antagonisnya. Entah mungkin terbentur kode etik-kode etik tertentu dari kesatuan itu, tapi agaknya Agung yang sebelumnya sudah menelurkan 'Garasi' dan satu segmen dalam 'Belkibolang' perlu jam terbang lebih untuk menggelar adegan-adegan aksi yang lebih intens. Tapi bagaimanapun, lepas dari pembagian porsi yang kurang seimbang itu, usaha mereka untuk menempuh genre berbeda sudah patut dihargai lebih. Mereka boleh saja kelihatan mengakhirinya, namun potensi untuk sebuah sekuel ala 'kisah petualangan' dengan semangat komik dan themesong Ipang berjudul 'Nyali' yang terdengar sangat patriotis sebagai companion resmi itu seharusnya sangat layak untuk dipertimbangkan. 

Wajib nonton ni Film, dan dukung terus film Indonesia berkualitas yang tak asal dibuat.

Special Thank' to 
My Friend Daniel.D

Comments

Popular posts from this blog

Pengertian Blog, Fungsi dan Kegunaannya

Menyambut Hadirnya Award Ke-4 dan Ke-5

Mengenal Tokoh Karakter dalam The Avengers Movie 2012