Info Film : Catatan Harian si Boy


"Catatan Harian si Boy"
Sutradara :
Putrama Tuta

Produksi :
Tuta Media Corporation, Masima dan 700 Pictures
     


Si Boy. Walau sudah demikian melegenda dari sandiwara radio yang booming di era 80an dan berlanjut ke franchise layar lebar yang sama gedenya, generasi sekarang mungkin tak semuanya mengenal sosok 'Si Boy'. Idola remaja yang punya segalanya. Anak orang kaya, ganteng, jagoan, pereli handal, ladykiller, tapi juga tak ketinggalan beribadah. Hampir semua unsur yang ada dalam sosok Onky Alexander yang juga pemeran debutan waktu itu. Menciptakan sebuah karakter yang bisa melekat sehebat itu di benak pemirsanya, bukan masalah gampang. Memvisualisasikannya ke film, ke sebuah rolemodel yang membuat semua orang ingin jadi dirinya, itu hal lain lagi, dan tak semuanya bisa berhasil. Lupus, yang punya gaung mirip di era yang sama, gagal total. Bukan sekali, namun berkali-kali. Kenyataannya, Catatan Si Boy versi film juga bukanlah film prestisius yang diakui berkualitas festival film kita. Bukan seperti film-filmnya Teguh Karya, Arifin C.Noer dan sejenisnya. Ia hanya besar dari sebuah mimpi banyak orang, yang digelar dengan kesempurnaan berbeda. Dari cast, karakter dan chemistry yang hadir sebagai paduan yang luarbiasa uniknya. Pakem yang terus dipertahankan meski sempat terjatuh sedikit di film keempat dengan kesalahan fatal tak menampilkan satu karakter penting yang ikut membuatnya jadi besar, termasuk mengangkat karir pemerannya ke puncak, Didi Petet sebagai Emon. Tapi yang jelas, ada banyak pakem khas yang muncul disana selain karakter si Boy. Dua sahabat setianya yang selalu saling iseng, Andi/Kendi (dalam film pertama diperankan Dede Yusuf) dan Emon yang feminin, dua wanita yang saling bergantian merebut hati Boy (Meriam Bellina dan Paramitha Rusady) sepeninggal cinta pertama Boy, Nuke (tampil sekilas di film pertama diperankan Ayu Azhari), berikut karakter-karakter lain yang sama memorablenya, termasuk adik perempuan Boy, Ina (Btari Karlinda). Ini ikonik, penuh dengan quote dan bahasa yang jadi umum, dan bangunan konflik yang selalu bisa dihandle dengan bijaksana oleh sang jagoan. Soundtrack-soundtracknya pun punya kekuatan magis yang sama. Then comes a new movie, yang sejak lama sudah menggoda kita lewat halaman situsnya. Boy will return. Penundaannya selama beberapa saat, perombakan kru, cast dan sutradara, semakin naik turun membuat banyak orang penasaran. Sampai akhirnya beberapa waktu lalu, rencana itu benar-benar established ke sebuah karya regenerasi yang sama sekali bukan sebuah remake maupun lanjutan. Ini adalah sebuah cerita baru yang digagas dengan benang merah terjalin kuat pada franchise aslinya, penuh dengan unsur yang menjanjikan termasuk sebagian cast lamanya yang kembali, dan really, really, fascinating trailer. Putrama Tuta, penggagasnya, langsung mengambil alih kursi sutradara. Boy really returns.

Natasha (Carissa Puteri) yang datang dari London menyambangi sang ibu, Nuke, yang tengah dirawat dalam keadaan kritis, terpaksa berurusan dengan polisi atas ulah pacarnya, Nico (Paul Foster) yang terlibat hutang. Disana, ia berkenalan dengan Satrio (Ario Bayu), cowok penuh masalah yang bekerja sebagai montir di bengkel milik Nina (Poppy Sovia) bersama dua rekan dekatnya, Andi (Abimana Arya ; a reborn name of Robertino) yang cuek dan Herry (Albert Halim) yang feminin. Satrio kemudian mengetahui bahwa Natasha tengah berusaha menemukan Boy (Onky Alexander), pria pemilik diary yang tak bisa lepas dari tangan ibunya, dan membantunya. Kedekatan mereka membuat Nico panas dan berniat menjauhkan keduanya dengan segala cara, namun Satrio tetap tak mundur dari niatnya. Perseteruan Satrio dan Nico semakin memanas hingga hampir mengorbankan persahabatannya, termasuk dengan Nina yang juga memendam perasaan terhadap Satrio. Satrio kini harus memilih, sementara dari penelusurannya ke orang-orang terdekat Boy, Emon (Didi Petet) dan Ina (Btari Karlinda), jalan untuk menemukan Boy kian terasa makin jauh.

Meski menggagas sebuah cerita baru dalam benang merah itu, Catatan Harian Si Boy nyaris datang dengan kemasan yang sama dengan franchise sebelumnya. Tetap ada sosok jagoan, namun kali ini datang dari comfort zone yang berbeda, gambaran persahabatan dengan chemistry yang sempurna, dua sisi cinta segitiga, balap-balapan mobil dengan sedikit pameran hi-tech, sampai ke eksplorasi karakter yang serba mirip, terutama Kendi-Emon dengan Andi-Herry yang seperti Tom And Jerry. Hanya pencapaian visualnya secara sinematis yang jauh berbeda. CHSB tak lagi memerlukan set luar negeri untuk menyampaikan atmosfer modernnya, tapi cukup dengan visual keren seperti yang kita saksikan dalam trailernya. Namun kemasan mirip untuk menghadirkan feel nostalgik yang akrab sekaligus mempertahankan pakem kesuksesan film-film Si Boy dulu itu justru menjadi poin sekaligus highlight penting untuk bisa menggelar esensinya. Cast, bangunan karakter dan chemistry sangat kuat yang benar-benar dibuang sayang. Bahwa ini adalah sosok Boy di era sekarang, yang tak lagi perlu seratus persen jualan mimpi tapi lebih mengedepankan realita yang ada . Dan skrip yang ditulis oleh Priesnanda Dwisatria-Ilya Sigma luarbiasa sukses menyajikan dialog-dialog serta quote yang bukan hanya memorable tapi juga ikut menghantam emosi kita. Sama dengan chemistry tadi, barisan cast nya juga hadir dengan akting nyaris sama sempurnanya. Santai, tapi cukup berisi, mulai daria Abimana yang beruntung terus kebagian dialog-dialog memorable itu, Albert Halim, Poppy Sovia, Ario Bayu dan Carissa Puteri sampai aktor Singapura Paul Foster yang saling berlomba mencuri scene yang ada. Cast lamanya yang hadir bak cameo singkat pun begitu, termasuk Didi Petet dibalik tampilan penuh wibawanya sekarang tetap menyiratkan cipratan-cipratan Emon yang kita kenal, plus Onky dalam kharisma masih sekuat dulu meski lafal narasinya terdengar agak terbata-bata (lupakan Leroy Osmani karena tampilannya benar-benar kelewat singkat).

Ini adalah mimpi yang terasa jauh lebih dekat ketimbang karakter serba sempurna yang dulu membuat banyak orang tergila-gila. Ada pendapat yang mengatakan bahwa the ultimate power of the movie adalah kita begitu menginginkan persahabatan yang tergambar disini saat keluar dari bioskop. Tapi lebih dari itu, meski dalam gambaran comfort zone berbeda, kita tetap ingin menjadi sosok Boy sebagaimana hype-nya dulu. Tanpa perlu lagi memikirkan tetek bengek lain yang terasa tak pas bagi sebagian orang, entah di beberapa gambaran medis hingga karakter Natasha yang masih bisa tertawa lebar di tengah penderitaannya menanti perawatan sang ibu. Kita tak selamanya bisa sempurna. Namun ini adalah pencapaian yang sempurna untuk ukuran karya Debut, dan In The End.




Dikutip dan diolah dari Artikel seorang Sahabat netter.


☆♥☺  - Semoga Sedikit Info ini bermanfaat bagi para sobat Movie Freak -  ☺♥☆

⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧⇧

Comments

Popular posts from this blog

Mengenal Tokoh Karakter dalam The Avengers Movie 2012

Panduan Lengkap Membuat Guest Book dengan Cbox

Gayus "baru" muncul di Lapas Sidoarjo JawaTimur